Pematang sawah di sekitar danau singkarang Paninggahan - Kab Solok- Sumatera Barat. |
Hari itu dimulai dengan kesyukuran kepada Allah Swt atas segala nikmat diantaranya dipagi itu kami masih bisa menikmati betapa segar dan sejuknya udara waktu itu. Kami pun kemudian bersiap-siap menapaki jalan diantara gemercik air yang mengairi hijaunya pematang sawah yang membentang menuju Surau yang tak jauh dari rumah sahabat kami.
Setelah sholat subuh kami dapati hal yang tak biasa. Disurau itu ada banyak anak-anak, kalau subuh kemasjid biasanya seumur-umur aku cuma lihat orang-orang tua. Rajin Benar ni anak-anak gumamku, kami coba tanya ke salah satu anak, kira-kira pertanyaannya begini, "Dek, kok rame ada kegiatan apa?" | "Mau belajar ngaji," Jawab anak-anak itu.
Setelah kami interogasi, eh bukan... lebih tepatnya wawancarai.. :) ternyata anak-anak di desa itu setiap hari Minggu subuh belajar mengaji, adzan, dan belajar seputar ibadah. Dalam hati ku kembali bergumam kalau aku dulu ngaji sore aja suka uring uringan... tapi itu dulu loo... sekarang da lebih semangatlah kalau ngaji.. hehe... ^_^
Setelah subuh kami ingin merasakan sejuknya air di desa itu. kami menuju mata air yang tak jauh dari surau. Sampai dimata air disana ramai anak-anak yang mandi dan berenang. Air yang keluar dari mata air ditampung penampungan semacam kolam jadi bisa dipakai untuk renang.
Kami harus menapaki jalan setapak diantara hijaunya pematang sawah saat menuju danau Singkarak |
Akhirnya aku bisa naiki perahu kecil ni ga terbalik lagi... hehe.. ^-^ |
Pementasan drama oleh pemuda setempat |
Acara pesta penikahanpun tak lepas juga dari nuansa etnik. Pesta menyuguhkan kesenian musik tradisional diantaranya talempong. Bunyi talempong ini menurutku khas sekali. Uniknya lagi ketika dimalam hari pemuda-pemudi desa tersebut menunjukkan kebolehannya. Pementasan drama yang diiringi dengan tarian dan alat musik tradisional khas minangkabau. Dialog dari drama yang dimainkan menggunakan bahasa minang yang tak sedikitpun kumengerti. Aku hanya bisa membaca gestur pemain kalau lucu ya aku tertawa kalau sedih jadi ikut sedih. Sedikit-sedikit kucoba juga bertanya arti dialognya ke kakek yang duduk disampingk, yah... paling ga bisa tahu alur ceritanya. Seru pastinya, mereka benar-benar menjiwai perannya masing-masing. Menariknya peran anak-anak muda terhadap pelestarian seni di desa ini perlu diacungi jempol. Pasalnya dibanyak daerah anak-anak muda cenderung cenderung semakin tidak peduli dengan budaya bangsanya. Kira-kira pukul 11.30 pementasan selesai kami pun istirahat untuk melanjutkan perjalan wisata sekaligus pulang ke kota Medan.
Bersambung...